KISAH "WALI GILA" SAMUD, SALAM DARI KYAI HAMID PASURUAN


Bagi masyarakat yang berdekatan dengan pasar Kaliwungu, Mangkang, Jrakah,  Karangayu sampai pasar Bulu pada era tahun 70 an, mungkin tak asing dengan sosok  ”Samud”.  Sepintas pria bertubuh tambun dengan ciri bertelanjang dada, Sarung agak tinggi dengan gulungan besar diperut, baju disampirkan dipunadak, berpeci kebelakang hingga terlihat rambut depannya, dan satu tangan terlihat menggerak-gerakkan jarinya seolah melakukan wirid. 
Sepintas …..warga di era tahun tersebut hanya melihat bahwa Samud hanyalah sosok yang kurang normal/ gendeng. Bahkan ketika penulis menanyakan hal tersebut pada orang tua, teman (saat itu penulis masih kecil) dan handai tolan …. banyak yang mengatakan kalau Samud “kabotan ngelmu” (tidak kuat melakukan laku tirakat). Pekerjaan samud secara kasat mata adalah meminta-minta di pasar. Ada yang memberi uang, jajan maupun makanan. Tidak hanya dipasar, dikendaraan umumpun Samud juga sering meminta.
Namun ada hal aneh yang terlihat saat itu pada diri Samud …. dia begitu ikhlas dan hidup sederhana. Yang tak kalah aneh saat itu , hampir semua bakul yang dimintai oleh Samud … mereka akan memberikan dengan ikhlas dan senang hati, bahkan ada perasaan untuk beramal dengan memberi sesuatu pada Samud agar rizki mereka ditambah oleh Tuhan lewat dagangan mereka yang laris.
Penulis masih ingat ketika kernet angkutan menawarkan kepada Samud yang saat itu berdiri di depan warung makan orang tua penulis untuk ikut menuju pasar Karangayu dengan setengah memaksa secara gratis. Hal itu penulis tanyakan pada teman … kenapa Samud untuk rebutan ikut angkutannya …. jawaban sang temen sangat sederhana. Kernet akan mendapat untung …. karena para penumpang akan memberi recehan kepada Samud …. dan uang pemberian tersebut seluruhnya akan diberikan pada kernet ….( saling menguntungkan bukan…?)
Ada ciri khas lagi yang ada pada Samud …. yaitu kantong kecil dari kain gandum …. isinya uang recehan yang banyak sekali laiknya jaman kerajaan.
Samud saat ini.
Sudah ada 3 kelompok yang menanyakan langsung soal Samud pada penulis …. kebetulan penulis sempat menangi hidup dijamannya. Di mata penulis yang saat itu masih kanak-kanak, Samud terlihat sepintas seperti orang gendeng yang hidup menggelandang dari pasar ke pasar ….. tapi bagi sebagian orang (khusunya yang menanyakan tentang Samud pada penulis), mereka mengabarkan bahwa Samud adalah seorang Wali yang menyembunyikan kewaliannya. terlepas dari semua pendapat di atas, penulis melihat bahwa kehidupan Samud adalah kehidupan yang ikhlas yang hidupnya dipenuhi dengan dzikir disetiap aktifitas dan rutinitas menggelandangnya. Satu hal lagi …. keberadaan Samud sangat dinantikan oleh para bakul pasar dan para kernet.

Makam Samud
Ada pendapat bahwa makam Samud berada di makam Bergota, tepatnya dibelakang rumah sakit Kariadi Semarang, yaitu di makam orang-orang yang tidak mempunyai keluarga. Namun menurut orang tua penulis (mbah Syamsudin/ modin Jrakah) yang kebetulan ikut ngurusi jasad Samud yang meninggal di pasar Jerakah, bahwa jasad Samud oleh pihak pamong desa kelurahan Jerakah diserahkan pada keluarganya yang ada di Kaliwungu Kendal dan dimakamkan di makam desa setempat.


 

Siapa Samud…?
Terlepas siapa sebenarnya sosok Samud …. apakah dia orang gendeng atau Wali yang menyembunyikan kewaliannya …. hanya Tuhan yang maha tahu …. sebagai manusia kita harus berhati-hati agar tidak mengkultuskan manusia. Yang pasti keberadaan Samud saat itu … tidak pernah menyusahkan orang lain, bahkan lebih banyak diharapkan kedatangan dan keberadaannya khusunya disekitar wilayah Kaliwungu, Mangkang, Jrakah, Karangayu bahkan sampai pasar Bulu diwilayah Kendal dan Semarang.
Salam dari Kyai hamid Pasuruan
Terkuaknya Kewalian Wali Samud Semarang Oleh Mbah Hamid Pasuruan
Pada suatu waktu, ada tamu dari Kendal sowan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk Wali Samud yang kesehariannya berada di Pasar, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang.
Wali Samud kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya. Terkadang beliau membantu bongkar muat barang-barang di Pasar dan tidak mau di kasih upah.
Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk Samud yang dianggap gila oleh dirinya dan orang-orang di daerahnya.
Tamu tersebut bertanya, “Bukankah Samud tersebut adalah orang gila Kyai..?” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang menjaga Kendal dan Semarang, Rahmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku!”
Kemudian, setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirinyalah Wali Samud yang dianggap “orang gila” itu, yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal dan Semarang itu.
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,
Wali Samud memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar,
Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri,
Berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Mbah Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, Wali Samud berkata,
Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,
“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”
“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian Wali Samud membaca sebuah do’a, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLAH… MUHAMMADUR RASULULLAH”
Seketika itu, langsung wafatlah Wali Samud di hadapan orang yang diutus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal dan Semarang itu adalah Wali Besar, tak satu pun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di Pasar adalah seorang Wali,
Malah si tamu juga dicap sebagai orang gila oleh orang-orang karena meyakini Samud sebagai Wali.
Di Antara Keanehan Pada Diri Wali Samud
Menurut cerita tutur, Wali Samud biasa membawa-bawa (red. b. jawa: nenteng-nenteng) daun kurma yang masih basah dan dijadikan alas duduk/tidur di Pasar.
Setiap hari Jum’at beliau jarang terlihat di Pasar, padahal setiap harinya beliau ada di  Pasar itu. Dan terkadang beliau jalan-jalan di Pasar memakai peci putih layaknya sudah menunaikan haji, padahal tingkah laku dan pakaian beliau persis seperti orang gila.

Subhanallah.. begitulah para Wali-Walinya Allah,
Saking inginnya berasyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia,
Bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, Oleh karena itu, janganlah kita su’udzan terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah.
Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih.
“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…….. !!!!




Share on Google Plus

About Sis Maula

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar